Butuh seberapa luas hati seorang Guru?

 Butuh beberapa kali menghela nafas panjang untukku memulai menulis ini. Beberapa kali ku berniat untuk mengutarakan semua ini, namun beberapa kali pula aku urungkan niat untuk mencoba menenangkan diri dan berdo'a jalan terbaik untuk hal yang aku ingin ceritakan kali ini. Mungkin hatiku tak seluas orang-orang di luar sana, ketulusanku juga jauh dari kata cukup dalam mengemban amanah ini, nalarku pun masih belum dapat menerima kenyataan bahwa.... menjadi seorang guru itu harus ikhlas... legowo... lillahita'ala...

Butuh seberapa luas hati seorang guru?

 Sungguh bahagianya bertemu, berbagi pengetahuan serta bermain bersama teman-teman kecil sekolah. Betapa bersyukurnya makhluk sepertiku ini dijadikan seorang guru bagi calon-calon khilafah di Bumi yang selalu bersiap sedia mengorbankan waktu dan tenaganya. Ya Allah... terima kasih atas kepercayaan yang engkau berikan kepadaku. Namun...

Kebahagiaan itu menaruh rasa yang kelam dibaliknya...

Dibalik kebahagiaan melihat teman-teman kecil yang insyaallah tumbuh menjadi calon-calon khilafah, alhamdulillah mereka didampingi oleh ayah, bunda serta keluarga yang mendukungnya terutama dalam hal finansial.

Lalu bagaimana dengan keluargaku?

Kebahagiaanku dihantui rasa cemas mengenai bagaimana masa depan keluargaku. Bukankah adik-adikku pun layak diberikan perhatian seperti teman-teman kecilku di kelas? Namun sayangnya itu semua sulitku dapatkan jika hanya menjadi seorang guru.

Sudahku bilang, nalarku pun masih belum dapat menerima kenyataan bahwa.... menjadi seorang guru itu harus ikhlas... legowo... lillahita'ala...

Nalarku masih meronta-ronta mengenai bagaimana nasib orang tua dan adik-adikku nanti? aku bukanlah berasal dari keluarga kaya raya yang tidak perlu memikirkan kebutuhan karena sudah terjamin tujuh turunan. Aku juga sadar sesadar-sadarnya bahwa rezeki sudah diatur oleh Allah Swt. Namun aku masih menunggu sampai kapan aku dapat menikmati ketenangan hati dan tak cemas akan masa depan keluargaku? sampai kapan ini semua hilang?

Ya Allah... ikhlaskanlah... ikhlaskanlah...

Hingga detik ini, terdapat satu pertanyaan dalam benakku,

Jika menjadi guru banyak mudhorotnya bagiku, bukankah sebaiknya ditinggalkan?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tak Profesional